Dalam babak sejarah manusia dikenal masa yang disebut
sebagai Jaman Batu, yaitu suatu masa di mana manusia mempunyai teknologi
tercanggih untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan teknologi yang terbuat dari
batu. Peralatan yang terbuat dari batu digunakan untuk mata tombang untuk
berburu, pisau untuk memotong daging, kampak unuk menebang pohon, pipisan untuk
menggiling atau menumbuk biji-bijian, dan lain-lain. Selain teknologi batu,
manusia juga membuat peralatan dari kayu, tulang dan tanduk binatang dan lainnya.
Masa ini ngetop disebut sebagai Jaman Batu, setidaknya karena
dua hal: pertama, karena batu paling
sulit dibentuk daripada kayu dan tulang atau tanduk dan kedua, batu lebih tahan lapuk. Jaman batu dibagi lagi dalam 3 masa,
yaitu: palaeolitikum (batunya masih kasar), mesolitikum (peralatan baru makin
beragam dan lebih kecil dan rumit) dan neolitikum (peralatan batu dihaluskan
dan ada perhiasan yang terbuat dari batu mulia). Di Jaman Batu manusia hidup
dengan cara berburu dan meramu, nomaden, dan belum mengenal tulisan sehingga
dikenal sebagai masa pra-sejarah. Ahli sejarah sulit mengungkap kehidupan Jaman
Batu karena tidak ada tulisan yang bisa dibaca.
Masa peradaban manusia berikutnya adalah Jaman Logam yang
terbagi dalam Jaman Perunggu dan Jaman Besi. Peralatan dari perunggu dibuat
dengan melebur tembaga dicampur timah yang menghasilkan logam lebih kuat.
Peralatan dari besi dibuat dengan melebur pasir besi kemudian dicetak menjadi
kampak, pisau, mata tombak, golok, pedang, peralatan memasak, dan lain-lain.
Pada masa logam, manusia sudah mampu mengendalikan api dan bisa menggunakannya
untuk memanaskan logam sampai titik lebur yang mencapai suhu hingga 3.500
derajat celcius. Di Jaman Logam ini manusia mulai membentuk peradaban yang
canggih, ada tatanan sosial, mulai tumbuh kerajaan dan mulai ada prasasti
tertulis yang mudah dipelajari oleh sejarawan.
Kini manusia sudah melampaui Jaman Modern, masuk ke Era
Informasi dan mampu membuat peralatan
untuk bertahan dan mengembangkan hidup dari batu, dari logam, campuran batu dan
logam, bahkan teknologi silikon dan optik. Manusia mampu membangun gedung
tertinggi untuk tinggal, mampu bergerak cepat, dan berkomunikasi menembus batas
ruang dan waktu. Ditambah dengan teknologi komunikasi virtual berbasis
internet, kesenjangan antara Jaman Batu dengan Jaman Kini sangat jauh, seperti
malam yang gelap dengan siang yang benderang. Karenanya banyak yang terkejut
begitu masyarakat di Indonesia banyak yang tiba-tiba gandrung pada batu.
Di akhir 2014 hingga kini di pertengahan tahun 2015,
kegandrungan pada batu akik atau batu mulia melanda masyarakat Indonesia, mulai
dari Aceh sampai Papua. Daerah yang sudah lama menjadi pusat kerajinan dan
pasar batu mulia dan batu permata makin meningkatkan omsetnya, dan daerah lain
muncul dengan batu khas masing-masing, dan masyarakat mendorongnya menjadi ciri
khas dan andalan daerah. Di Aceh ada Solar Aceh, di Bengkulu ada Red Raflesia,
di Banten ada Black Opal atau Kalimaya dan lain-lain. Di Beberapa daerah,
pemerintah daerah bahkan memberikan dorongan lebih dengan membuat kebijakan
diskresi dengan mewajibkan PNS untuk memakai perhiasan dari batu lokal. Di
Purbalingga ada anjuran bagi PNS untuk memakai cincin dengan Batu Klawing yang
diambil dari Kali Klawing dan lain-lain.
Batu Akik benar-benar menjadi fenomena dan disambut oleh
masyarakat dengan gempita. Pasar batu banyak tumbuh di perkotaan, baik di
trotoar, di pertokoan, maupun di pusat perbelanjaan. Beberapa pemerintah daerah
memberikan dukungan dengan menyelenggarakan pameran dan perlombaan. Hal ini
mempengaruhi rantai produksi, setidaknya menjadi peluang bagi produsen loga
untuk memproduksi logam pengikat akik yang menggejala.
Penulis: gus Bowie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar